Motor Over Price
Istilah over price atau kemahalan dalam dunia otomotif tanah air sepertinya lagi trend beberapa minggu belakangan ini. Semua di mulai saat Yamaha membandrol R15 di angka 34.5jt rupiah, nah sekarang di lanjut lagi dengan Skutik Retro dari Honda yakni New Scoopy 12 inch d bandrol 17-18 juta rupiah. Ya namanya juga orang mau cari untung, tentunya selalu ada hitung”an bisnisnya ganbro. Jika kita melihat angka pada NJKB lantas membandingkan dengan harga OTR, terkadang pasti kita komentar..
“Busyeet gede amat ngambil untungnya”
Sebenernya dari sisi kacamata bisnis hal itu lumrah, toh mereka (pabrikan) sudah berhitung betul angka berapa yang tepat untuk menjual sang kuda besi. Kita sebagai konsumen yang tentunya sekali lagi menjadi pihak yang paling punya kuasa apakah produk tersebut cocok apa tidak. Mengapa di katakan cocok?? Karena tipikal konsumen Indonesia, jika udah cocok dan ngeKlik di hati mau harga berapa pun pasti di beli.
Hal ini pun juga terjadi pada Yamaha R15 v3 dan Honda New Scoopy 12, keduanya di bandrol lebih tinggi dari pada competitor. Ketika di bandingkan dari sisi harga tentu saja mereka lebih mahal karena kedua produk tersebut menawarkan apa yang tidak competitor punya. Produk terbaru tentu menawarkan hal-hal yang sebelumnya gak pernah ada di model pendahulu…riset, inovasi dan kreasi tentunya harus di hargai. Oleh karenanya wajar jika harganya naik, toh namanya juga ada embel” All New. Dengan adanya penambahan beberapa fitur dan penyempurnaan performa maka Secara logika harganya juga sudah pasti New.
Yang gak banget itu jika ada produk minor facelift (Cat+Striping) terus naeknya gak kira”
Ya kembali ke diri masing-masing aja, kita membeli sepeda motor untuk apa? JIka sesuai dengan fungsi dan buget, tentu kita akan mencari barang yang valuable tanpa melihat design dan fitur yang penting bisa jalan dan harganya murah. Namun Jika ingin tampil beda dengan prestige tinggi, sudah barang tentu design,fitur dan brand adalah segalanya, soal harga? Gak ngefek di bandrol berapapun. Yang salah adalah ketika pabrikan otomotif mengkategorikan pricing produknya dari tadinya Mid end terus masuk ke kelas high end tapi tanpa perubahan berarti, itulah kemahalan.